Pengantar Penulis:
Usia
Balikpapan sudah lebih dari se-abad. Artinya, Balikpapan tergolong kota tua
modern di Indonesia. Balikpapan mulai berkembang pada awal modernisasi masuk ke
Indonesia, pergantian abad XIX ke XX, lebih dari seratus tahun yang lalu. Balikpapan
dibangun ketika Indonesia mengalami modernisasi yang dibawa orang-orang Belanda
dan Eropa lain, ketika tanah Nusantara ini masih disebut Hindia Belanda.
Balikpapan tumbuh menjadi kota minyak, dimana jutaan barel minyak mengalir
ke kota Balikpapan. Memang, Balikpapan bukan yang pertama, namun Balikpapan
adalah salah satu yang terpenting dalam dunia perminyakan di Indonesia.
Tidak ada yang salah jika ada yang menyebut Balikpapan sebagai kota tua.
Meski kalah tua dengan ratusan kota tua lain di dunia dan Indonesia. Kota tua
memang biasanya identik dengan bangunan tua, tapi berbeda dengan Balikpapan.
Balikpapan tidak memiliki kawasan kota tua seperti yang dimiliki Bandung,
Jakarta atau Semarang—dimana terdapat sisa-sisa bangunan tua.
Sebelum Perang Pasifik berlangsung, sebelum tahun 1942, Balikpapan
setidaknya sudah memiliki bangunan penting disekitar Klandasan dan komplek
Pertamina. Berdasar peta terbitan BPM, kota Balikpapan ditahun 1939 telah
memiliki dua rumah sakit, pasar daerah, Societet, juga kantor pemerintahan. Dan
seharusnya bangunan-bangunan tadi tersisa bila perang Pasifik tidak terjadi.
Mengapa Balikpapan tidak memiliki bangunan tua, jawabannya tidak lain
karena pemboman besar-besaran oleh sekutu atas kota Balikpapan selama 20 hari
ditahun 1945. Pasukan sekutu tidak mau kehilangan banyak prajuritnya seperti
yang terjadi di Tarakan ketika menyerbu Jepang disana. Karenanya, ketika
Balikpapan diserbu maka terlebih dahulu bom-bom sekutu menghanguskan Balikpapan
hingga rata dengan tanah untuk menghancurkan posisi dan pasukan Jepang di
Balikpapan.
Pemboman sekutu itu memang bisa melumpuhkan Jepang, namun sangat pahit bagi
kota Balikpapan yang hancur. Kota Balikpapan harus dibangun dari awal lagi
seperti 50 tahun sebelumnya. Ketiadaan bangunan tua bergaya Indis di Balikpapan
memperlihatkan Balikpapan seperti kota yang baru dibangun. Bisa dibilang
Balikpapan bernasib seperti Hirosima dan Nagasaki di Jepang—keduanya dibom
sekutu diakhir Perang Pasifik. Seperti dua kota di Jepang itu, Balikpapan juga dibom
hingga rata dengan tanah dan membuat kota Balikpapan harus dibangun mulai dari
awal.
Belakangan, Balikpapan tetap bisa menjadi kota penting bagi setiap
pemerintahan yang berdiri di Indonesia. Seperti sebelum perang dunia II,
Balikpapan setelahnya juga masih menjadi salah satu kota industri perminyakan
di Indonesia. Selain itu, Balikpapan pun setidaknya telah menjadi kota
Bandar dan niaga penting di Kalimantan Timur.
Buku ini persembahan dari seorang Balikpapaner kepada kota
Balikpapan dan juga Balikpapaner lainnya. Jika ada Newyorker, kenapa
tidak pernah ada Balikpapaner.
0 Response to "Buku Karya Petrik Matanasi Berjudul "Balikpapan Tempo Doeloe""
Post a Comment